Mengurangi Kesalahan Penggunaan Huruf Besar, Baca Ini

ADA beberapa ragam cara penulisan judul, di antaranya menulis keseluruhan huruf dengan huruf kapital. Cara itu tidak salah, tetapi menimbang dari segi kerapian, banyak yang lebih memilih cara konvensional.

Cara penulisan judul yang benar adalah menulis setiap awal kata dengan huruf kapital, terutama huruf pada kata paling depan (perhatikan: Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Ronggeng Dukuh Paruk).

Aturan ini berlaku untuk hampir semua jenis kata termasuk nama, tempat, sifat, keterangan. Namun, ada beberapa pengecualian yang akan dijelaskan pada poin-poin berikut.

Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi. Maksud dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya. Dilihat dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan memberikan kesinambungan antara kata sebelum dan kata selanjutnya.

Kata yang termasuk dalam preposisi di antaranya, di, ke, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, dst.

Sedangkan konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini memiliki fungsi untuk menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat, dan ungkapan-ungkapan dan tidak memiliki makna khusus jika berdiri sendiri.

Kata-kata yang termasuk konjungsi termasuk dan, atau, tetapi, ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh, karena, sehingga, bahwa, kalau, untuk, kemudian.

Terakhir, interjeksi, adalah istilah lain untuk kata seru yang mengungkapkan isi hati dari si pembicara. Kata ini relatif jarang ditemui pada judul karya-karya tulis serius, tetapi banyak menjadi pilihan untuk narasi yang bersifat ekspresif. Contoh interjeksi adalah Alhamdulillah, duh, ih, cih, yuk, wah, wow, amboi, ah, lho, dan lain-lain.

Ketiga jenis kata partikel tersebut harus tetap ditulis dengan huruf kapital apabila letaknya di kata pertama sebuah judul, sesuai dengan kaidah awal.

Kita bisa menjadikan sejumlah karya besar sebagai contoh pengecualian ini,  termasuk Dari Ave Maria sampai Jalan Lain ke Roma, Kalau Tak Untung, atau judul-judul berita yang sering kita lihat seperti: Wow, Lihat Nasib Artis Ini Sekarang!

Perhatikan kaidah huruf kapital pada kata ulang. Terkadang, menemukan kata ulang pada judul. Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut.

Kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun.

Seperti contoh-contoh berikut: Pengalamanku Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban.

Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan kata ulang perubahan—semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk—hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang.

Seperti pada judul-judul berikut ini: Kapolres Situbondo: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan.

Secara umum, dalam membuat sebuah judul kita harus memerhatikan bentuk dan tata kalimat untuk memutuskan mana saja kata yang harus kita beri huruf kapital.(sumber.net)

Tinggalkan Balasan