foto: Suci Lestari
JEBUS – Memperingati Hari Mangrove Sedunia, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman bersama Forkompimda melakukan penanaman Mangrove di Bukit Telaga Tujuh, Kawasan Hutan Lindung, Pantai Bembang, Jebus, Kabupaten Bangka Barat, Senin (24/8/2020).
Ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Mangrove Sedunia yang rencana sebelumnya dilaksanakan di Hutan Mangrove Kurau Barat, Kabupaten Bangka Tengah, kemudian puncaknya dialihkan ke Bukit Telaga Tujuh, Pantai Bembang.
Saat membuka acara Peringatan Hari Mangrove Sedunia, Erzaldi mengingatkan agar lebih peduli terhadap lingkungan alam sekitar. Seluruh masyarakat Bangka Belitung untuk dapat mengelola hutan sebaik mungkin.
“Saat ini kelola hutan lebih bagus dibandingkan dengan mengelola kelapa sawit. Untuk itu mari kita sama-sama menanam dan menjaga hutan kita, ” tegasnya.
Bukit Telaga Tujuh merupakan salah satu pesona wisata Bangka Belitung dengan pemandangan teluk terletak di antara Bukit Telaga Tujuh dan Bukit Penyabung. Didukung hamparan batuan metasedimen yang akan menjadi salah satu geosite pengembangan Geopark Pulau Bangka.
Untuk itu, Erzaldi sangat mengapresiasi semua pihak terlibat dalam penanaman mangrove di Bukit Telaga Tujuh. Menurutnya, hutan mangrove mempunyai fungsi strategis sebagai produsen primer yang mampu menopang dan menstabilkan ekosistem darat maupun perairan di sekitarnya.
“Nanti di sini tidak ada lagi yang menanam sawit baru. Sawit lama tidak apa-apa, kita tunggu maksimal usianya 25 tahun. Kita akan memprioritaskan untuk menanam tiga macam komoditi, ” ungkap Erzaldi.
Lebih jauh Ia mengatakan, tiga komoditi tersebut antara lain komoditi yang bisa menghasilkan per tiga bulan, komoditi yang bisa menghasilkan per tahun dan komoditi yang bisa menghasilkan setiap hari. Pemerintah mengupayakan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di sini.
Sebagai bocoran, Erzaldi menjelaskan salah satu tanaman yang cocok dan dapat menghasilkan per tahun adalah tanaman kopi. Untuk komoditi yang dapat menghasilkan setiap hari adalah hasil hutan bukan kayu, misalnya madu dan kepiting bakau.
“Nanti tinggal bagaimana para kelompok pengelola hutan di sini mengelolanya dengan baik. Ini nanti akan menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar, dan tentunya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Babel,” ujarnya.
Sumber: rilisDinasESDMBabel/Suci Lestari