Talk Show di Radio Sonora, Asyraf Kepala DP3ACSKB Jelaskan Dampak Buruk Perkawinan Anak

Pangkalpinang – Banyak dampak yang bakal dialami pasangan perkawinan usia anak. Selain dapat mengalami risiko fisik, perkawinan anak juga bisa menyebabkan terjadinya risiko psikologis. Sebab secara mental pasangan perkawinan anak tersebut belum matang.

Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd Kepala DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyarankan agar tidak melakukan perkawinan anak. Minimal pasangan menikah berusia di atas 19 tahun, atau idealnya perempuan berusia 21 tahun dan laki-laki berusia 25 tahun.

“Pasangan perkawinan anak rentan terjadi kekerasan dan perceraian, ini dikarenakan persiapan belum matang. Bayi yang dilahirkan berisiko prematur dan stunting,” jelas Asyraf saat Talk Show di Radio Sonora, Jumat sore (22/10/2021).

Tak hanya itu, Asyraf Kepala DP3ACSKB mengatakan, pasangan perkawinan anak juga bisa menyebabkan kematian ibu dan anak. Pasalnya perempuan tersebut belum siap untuk hamil dan melahirkan, sehingga menyebabkan komplikasi. Perempuan juga bisa menderita depresi.

“Perkawinan anak akan berdampak menimbulkan permasalahan ekonomi dan kebanyakan mengalami putus sekolah. Rata-rata lama sekolah di Bangka Belitung masih di angka 8,06 tahun artinya rata-rata bersekolah masih berada di tingkat SMP,” jelasnya.

Asyraf sangat berharap ke depan terjadi pengurangan angka kasus perkawinan anak. Jika sudah terjadi, hendaknya pasangan tersebut tetap melanjutkan pendidikan. Namun kebanyakan pasangan yang sudah menikah ini malu untuk bersekolah.

“Jangan sampai jatuh tertimpa tangga. Agar pasangan perkawinan anak mau bersekolah lagi, perlu pendekatan secara kultural dan berkoordinasi dengan pihak terkait,” ungkapnya.

Adapun faktor penyebab terjadinya perkawinan anak, jelas Asyraf Kepala DP3ACSKB, dikarenakan mencontoh publik figur, pola pikir untuk melepaskan persoalan ekonomi keluarga, pergaulan bebas, kurang penerapan nilai keagamaan, pola pengasuhan anak serta masih ada pemikiran malu kalau lambat menikah.

“Ini bisa digecah dengan dengan pendekatan agama serta disarankan remaja untuk banyak beraktivitas. Menikah perlu mempersiapkan emosi, mental, ekonomi personal, keahlian dan intelektual. Sehingga keluarga yang dibangun mempunyai kekuatan,” jelasnya.

Sementara Daffa Duta GenRe Bangka Belitung mengharapkan remaja Bangka Belitung menjadi remaja sehat dan ceria. Remaja harus kreatif dan mengisi kehidupan dengan kegiatan positif. Tak kalah penting, mengindari pernikahan anak, seks pra nikah dan menjaukan dari dari napza.

“Kita melakukan edukasi dengan program ular tangga tentang kita. Ini sejenis sosialisasi namun tidak membosankan,” jelas Daffa.

Saat dialog interaktif, Tika warga Pangkalpinang melalui WhatsApp menanyakan mengenai kecenderungan anak remaja sekarang yang ingin berpacaran dengan alasan menambah semangat belajar.

Menjawab pertanyaan ini, Asyraf Kepala DP3ACSKB menegaskan, berpacaran dalam kontek agama tidak boleh. Kalau ada keinginan untuk belajar bersama, boleh namun harus mengindari hal-hal yang mengarah ke perkawinan anak.

“Untuk mengendalikan nafsu, kita dalam agama Islam diajarkan untuk rajin berpuasa. Bisa melakukan puasa Senin Kamis,” sarannya.(DP3ACSKB/Babel)

Tinggalkan Balasan