Suka Duka Pembangunan Listrik di Pulau Nangka

Oleh: Marwan Al-ja”fari

Selasa/ 5 / Desember 2023, kami langsung ikut  meluncur ke Pulau Nangka, karena saya dengar di sana akan ada acara louncing listrik PLN 24 jam. Acara launching ini dihadiri langsung Bupati Bateng  Al-Ghifari Rahman, Peti pendon wakil dari Bambang Patijaya, Direktur PLN serta  dihadiri pula Yendri seorang artis dari Ibukota yang ikut memeriahkan serta menghibur masyarakat Pulau Nangka pada acara tersebut.

Pada saat acara sedang berlangsung, tiba-tiba  memori saya teringat kembali  dengan peristiwa perjuangan memasukkan listrik ke Pulau Nangka tujuh tahun yang lalu. Perjuangan memasukkan listrik ke Pulau Nangka  ini dimulai pada tahun 2016, saat itu saya masih menjabat sebagai Staf ahli Gubernur KBB Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan.

Pada waktu itu saya sempatkan diri untuk menjalin silaturrahmi dengan bapak Desiwarman dan bapak Abdul Hamid Bagian Perencanaan PLN  cabang Wilayah IV Provinsi KBB ( sekarang mereka berdua sudah pensiun). Kesempatan bersilaturrahmi  dengan bagian perencanaan PLN ini dengan  membawa misi bagaimana caranya agar masyarakat Pulau Nangka yang sudah ratusan tahun mendiami pulau tersebut bisa merdeka dari kegelapan dengan cara dialiri listrik dari PLN.

Ternyata gayungpun bersambut, kebetulan PLN juga sedang punya program untuk menerangi daerah pesisir berupa pulau terpencil yang belum dialiri listrik. Maka  waktu itu oleh bapak Desiwarman diajukanlanlah dianggaran PLN tahun 2017 untuk pembangunan PLN di Pulau Nangka,  kalau tidak salah sebesar  Rp2 M, untuk pembangunan listrik dengan  kekuatan Daya 2x 100 Kw. 

Saya waktu itu ditemani oleh  saudara Arhandis ( Kasi Sumberdaya Energi dari kantor ESDM Prov. KBB, kami berdua  selalu mendampingi Tim PLN yang beberapakali melakukan survey menyeberang  ke Pulau Nangka dengan menggunakan perahu ketek dari Tanjung Pura ke Pulau Nangka.

Memasuki awal tahun 2017 proyek pembangunan listrik di Pulau Nangka pun segera dimulai, pimpro dan pemborongnya  sudah ditetapkan, pengadaan barang berupa tiang, kabel jaringan listrik dan mesin pembangkitpun sudah diadakan, pembangunan fisik berupa kantor dan tempat kedudukan untuk mesin juga  sudah dibangun.

Yang membuat hati kami terharu saat itu saat melihat antusiasnya  masyarakat Pulau Nangka bergotong royong, bahu membahu membantu kelancaran pembangunan PLN di Pulau Nangka. Maklum saja medan yang harus dilalui begitu berat untuk menyeberangkan tiang  dan kabelnya ke Pulau Nangka harus menyeberangi lautan.

Akan tetapi dengan kekuatan dan kepintaran akal orang yang telah lama hidup di pulau ini, akhirnya tiang dan kabel yang begitu berat berhasil diseberangkan dengan cara pakai rakit kemudian  digandeng dan ditarik dengan perahu kecil, proses pengangkutan ini perlu kesabaran dan kekompakan masyarakat, karena sarana tersebut harus di tarik dengan memakan waktu berpuluh-puluh kali  baru bisa selesai.

Perjuangan tersebut tidak hanya sampai disitu, karena setelah sampai di tepi temper (Pesisir), tiang dan kabel harus ditarik lagi ke darat dan ditempatkan pada titik-titik yang telah ditentukan, masyarakat Pulau Nangka harus kembali bergotong royong guna  membantu pihak PLN menarik dan mengangkat tiang dan kabel yang telah tiba di temper Pulau Nangka.

Setelah tiang dan kabel jaringan berhasil didirikan, masyarakat Pulau Nangkapun sudah mulai lega, dengan harapan listrik akan segera terpasang di rumah mereka masing-masing.

Tidak lama setelah itu dapat kabar Info dari pihak PLN bahwa duah buah mesin pembangkit listrik  yang memiliki  kekuatan 2×100 Kw sudah tiba di Pelabuhan Sungai Selan dan sudah dua minggu ini  terparkir di sana, akan tetapi belum bisa diseberangkan karena masih terkendala mengenai surat hibah tanah lokasi pembangkit dari masyarakat Pulau Nangka ke PLN belum bisa ditandatangani oleh Camat Sungaiselan dan Bupati Bateng pada waktu itu, penyebabnya karena di pemerintahan Kabupaten Bangka tengah ada Perda No 48 tahun 2013 yang menetapkan Pulau Nangka sebagai tempat Cagar Budaya Alam Laut, dan diartikan oleh pemerintah Bateng  bahwa daerah  pulau yang ditetapkan sebagai tempat cagar budaya alam tidak boleh dibangun fisik dalam bentuk apapun.

Mendengar itu masyarakat Pulau Nangka mulai cemas, dan pihak PLN pun agak kecewa karena sulitnya mengurus administrasi untuk pembangunan listrik di Pulau Nangka, apalagi pembangunan mereka ditentukan oleh batas waktu dan proyek pembangunan ini tidak boleh molor dari waktu yang telah ditentukan.

Berbagai loby telah dilakukan, baik oleh pihak PLN maupun oleh tokoh-masyarakat Pulau Nangka ke Pemkab Bateng. Saya pun selalu ikut dalam rapat pembahasan tentang  masalah ini dengan pihak Pemerintah Bateng, namun saat itu belum ada  juga  titik temu yang disepakati, penyebabnya  karena ada ketakutan dari pihak Pemerintah Bateng jangan sampai melanggar perda yang telah mereka tetapkan. 

Karena masih mengalami jalan buntu terhadap masalah surat hibah tanah ini, sementara surat hibah ini menjadi salah satu  syarat  untuk membangun listrik di Pulau Nangka. Akhirnya saya menghadap bapak Erzaldi Rosman yang waktu itu  baru saja dilantik menjadi Gubernur KBB.

Di hadapannya  saya ceritakanlah kronologisnya, dan saya jelaskan bahwa  perjuangan ini tinggal satu langkah lagi, kendalanya hanya tinggal masalah surat hibah ini saja yang belum mau ditandatangani baik oleh Camat Sungai Selan maupun oleh Bupati Bateng pada waktu itu.

Mendengar masalah ini akhirnya Bapak Erzaldi Rosman yang baru saja dilantik menjadi gubernur KBB sangat mendukung pembangunan ini dan beliau katakan  akan membuat surat untuk  menjamin agar pembangunan ini dapat diteruskan dan  sambil pembangunan ini  berjalan,  beliau akan mendorong Pemerintah Bateng untuk merevisi Perda No 48 tahun 2013 yang dinilai menghambat pembangunan di Pulau Nangka.

Dengan keluarnya surat jaminan dari Gubernur KBB saat itu maka pihak  PLN pun sudah berani untuk mengangkut mesin pembangkitnya yang telah lama terparkir di Pelabuhan Sungai Selan. Akhirnya tepat pada tanggal 11 Juni tahun 2017  bertepatan dengan masuknya bulan suci Ramadhan, listrik di Pulau Nangka pun berhasil dinyalakan, dan sejak saat itu masyarakat Pulau Nangka dinyatakan  telah merdeka dari kegelapan dan pada waktu malam hari terlihat sudah terang benderang.

Namun karena masih sedikitnya rumah kepala keluarga di sana, tercatat baru sekitar 100 KK,  maka pelayanan aliran listrik PLN  ke rumah-rumah penduduk Pulau Nangka untuk sementara belum bisa full 24 jam, masyarakat Pulau Nangka baru bisa menikmati listrik hanya 12 jam saja di malam hari mulai pukul 18.00.WIB s/d pukul 6.00. WIB. Karena untuk mengoperasionalkan pembangkit listrik di sana PLN masih melakukan subsidi silang dan masih banyak daya yang tersisa.

Waktu pun terus berlalu,tahun berganti tahun, bulan berganti bulan, minggu pun berganti minggu, para pemimpin Bupati di Kab. Batengpun silih  berganti, dan saat ini Bupati Bateng di Nakhodai oleh bapak Alghafri Rahman, beliau adalah seorang Bupati Bateng yang telah beberapakali turun ke Pulau Nangka, saat mengunjungi warganya di sana Al Ghafri Rahman melihat dan mendengar langsung keluhan warganya yang menginginkan pelayanan listrik dari 12 jam bisa ditingkatkan menjdi 24 jam.

Bukannya masyarakat di sana  tidak mensyukuri pelayanan PLN yang hanya 12 jam , tapi memang sudah menjadi tuntutan kebutuhan. Masyarakat yang tinggal di Pulau Nangka ini rata-rata profesi nya sebagai nelayan, mereka saat ini  sangat membutuhkan listrik agar bisa menyimpan ikan hasil tangkapannya di simpan lebih lama di dalam lemari pendingin, tetapi bagaimana itu bisa dilakukan kalau listrik hanya menyala di malam hari saja.

Seandainya listrik di Pulau Nangka bisa melayani masyarakat selama 24 jam , maka akan lebih banyak lagi manfaatnya dan mereka yakin pertumbuhan ekonomi disini akan semakin meningkat, demikian salah satu keluhan masyarakat yang disampaikan kepada Bupati Bateng Al Ghafri Rahman saat mengunjungi Pulau Nangka beberapa waktu yang lalu.

Berbekal dari aspirasi ini, beliau sebagai Bupati  sangat tersentuh mendengar keluhan dari masyarakatnya yang hidup jauh dari kekuasaan dan perkotaan. Mumpung masih jadi Bupati, Al ghafri Rahman terus memperjuangkan masalah ini  baik kepada pihak PLN maupun dengan Komisi VII DPR RI, yang kebetulan ketua komisinya di jabat oleh bapak Bambang Patijaya yang berasal dari Dapil Provinsi KBB dan masih satu garis partai dengan Bupati Bateng AlGhafri Rahman.

Ketua Komisi VII bapak Bambang Patijaya pun ikut membantu mendorong dan menggedor  PLN dari pusat  agar pelayanan listrik di Pulau Nangka bisa  ditingkatkan dari 12 jam menjadi 24 jam. Akhirnya berkat pertolongan dari  Allah SWT dan kesabaran dari masyarakat Pulau Nangka serta perjuangan dari  orang-orang yang perduli terhadap nasib masyarakat Pulau Nangka,  maka pada hari Selasa tanggal 5 Desember 2023 harapan masyarakat Pulau Nangka pun terkabul.

Pelayanan listrik PLN selama 24 jam telah diberikan dan di-launching langsung  oleh Bupati Bateng bapak Al-ghafri Rahman pertanda bahwa pelayanan  listrik 24 jam di pulau ini sudah dimulai, peristiwa ini sekaligus membuktikan perjuangan Al- Ghafri Rahman untuk masyarakatnya di Pulau Nangka, dalam sambutannya beliau  berharap agar masyarakat di sini banyak-banyak bersyukur dengan adanya  listrik 24 jam, masjid harus dimakmurkan, masyarakat di sini harus rajin beribadah dan rajin belajar mengaji, karena masalah penerangan bukan menjadi alasan lagi untuk beramal dan beribadah. Beliau juga mengingatkan  agar masyarakat di sini untuk  ikut menjaga aset PLN ini , anggap saja seperti milik kita sendiri.

Kepada masyarakat Pulau Nangka kami ucapkan selamat menikmati cahaya terang, semoga hati masyarakat di sini juga selalu terang sebagaimana terangnya lampu listrik di sini, kata Al-ghafri Rahman  sembari menutup sambutannya.

Salam Cahaya Terang.

Tinggalkan Balasan