Pangkalpinang – Puluhan guru bimbingan konseling dan kesiswaan menyambangi DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (25/2/2025). Kedatangan sejumlah guru itu bertujuan mencari solusi agar dapat menjauhkan siswa dari perbuatan negatif.
Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd Kepala DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyambut baik kehadiran sejumlah guru tersebut. Menurutnya, penanganan anak yang berusia di bawah 18 tahun masih masih menjadi tupoksi dinas.
“Media sosial mempunyai dampak terhadap kehidupan anak. Sebab konten yang ada di media sosial, terkadang ditiru oleh anak-anak,” kata Asyraf.
Hal senada dikatakan Samsul Bahri Kacabdin I Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menurutnya, masih kerap terjadi masalah perundungan di sekolah. Bahkan ada indikasi tindakan itu sudah mengarah ketindakan kriminal.
“Ada juga tawuran antarkampung melibatkan siswa. Masih ada lagi kenakalan remaja lainnya. Kita terus melakukan mitigasi permasalahan remaja tersebut,” ungkap Samsul.
Untuk itu, jelasnya, kedatangan ke DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini mencoba mendapatkan skema terbaik dalam menangani permasalahan anak-anak di sekolah, sehingga perilaku siswa menjadi baik.
Sementara Indrawadi, S.Si., MAP Sekretaris DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan, siapapun bisa menjadi korban tindakan perundungan. Tentunya negara harus hadir untuk mengatasi permasalahan ini.
Tahun 2024, tercatat ada 188 kasus kasus anak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Indrawadi menjelaskan, kasus tertinggi di Bangka Tengah. Adapun jenis kasus kekerasan terhadap anak tertinggi yakni, kasus kekerasan seksual.
Selain kasus seksual, kata Indrawadi yang juga menjabat Plt. Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak, DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini, ada juga kasus kekerasan fisik dan psikis menimpa anak.
“Sejumlah kasus ini kebanyakan terjadi di lingkungan rumah tangga, namun ada juga kasus kekerasan terhadap anak di sekolah,” papar Indrawadi.(hzr)