Radio Kembali Jadi Andalan: Komdigi Gandeng Elshinta Hadapi Gelombang Disinformasi

Radio Kembali Jadi Andalan: Komdigi Gandeng Elshinta Hadapi Gelombang Disinformasi

PEMERINTAH  kembali melirik kekuatan gelombang udara dalam perang melawan disinformasi. Melalui kerja sama dengan Radio Elshinta, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) akan menggencarkan siaran informasi strategis ke jutaan pendengar di seluruh Indonesia—terutama di luar wilayah urban yang belum sepenuhnya tersentuh oleh media digital.

“Tentu dalam rangka kerja sama saya dukung. Ibu Dirjen nanti mungkin bisa berkomunikasi, karena Elshinta ini usia sudah 50 tahun lebih dan memang punya karakteristik yang kuat di kalangan pendengar radio,” ujar Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, saat menerima audiensi jajaran manajemen Radio Elshinta di Kantor Komdigi, Jakarta Pusat, Kamis (17/4).

Dengan pengalaman lebih dari setengah abad dan jaringan siaran di sembilan kota besar di Indonesia, Elshinta dinilai memiliki kekuatan untuk menjangkau pendengar dengan pendekatan yang hangat dan terpercaya—nilai yang tetap relevan di tengah dominasi platform digital.

“Termasuk kita dulu, di waktu saya jadi jurnalis, pasti sambil mau berangkat ke tempat liputan, dengarnya Elshinta. Bahkan sebelum kita berangkat wawancara, rujukan dasar waktu itu karena online belum secepat sekarang adalah radio,” kenang Meutya.

Kerja sama ini diarahkan untuk mendukung diseminasi informasi kebijakan publik, kampanye literasi digital, serta pelurusan isu-isu strategis pemerintah. Komdigi melalui Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media juga tengah menyiapkan format dan pendekatan siaran yang lebih komunikatif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.

“Saya ingin menyampaikan selamat datang. Kita mohon kesiapan dari Elshinta untuk membantu mengkomunikasikan, karena salah satu tugas Komdigi juga adalah komunikasi publik,” tegas Meutya.

Ia juga menambahkan bahwa sinergi dengan media menjadi bagian dari strategi komunikasi pemerintah yang lebih menyeluruh dan terintegrasi, termasuk melalui materi yang dikelola oleh Presidential Communication Office dan Kementerian Sekretariat Negara.

“Sengaja ada kata ‘medianya’ untuk penguatan kerja sama dengan media. Memang materi-materi kami juga banyak di-feeding oleh kantor istana, khususnya dari Kementerian Sekretariat Negara,” tandasnya.

Langkah ini menjadi bukti bahwa di tengah derasnya arus digitalisasi, kekuatan media klasik seperti radio tetap relevan dan strategis—menjadi suara yang akrab di telinga masyarakat dan jembatan antara pemerintah dan publik luas.(komdigi)

Tinggalkan Balasan