Kain Tenun Khas Lombok, Budaya Nenek Moyang Suku Sasak

TIDAK hanya keindahan alamnya yang memesona, kecantikan kain tenun khas Lombok atau kain tenun sasak turut menuai atensi publik. Kini kain tenun sasak menjadi salah satu cinderamata wajib saat mengunjungi Lombok. Tak sekadar sebagai selembar bahan untuk membuat pakaian saja. Jauh dari itu, kain tenun Lombok dikenal sebagai benda yang sarat akan makna spiritual.

Dalam bahasa Sasak, menenun disebut sebagai tesesek, yakni memasukan benang satu per satu (sak sak). Kemudian, benang dirapatkan hingga sesak atau padat agar bisa menjadi kain dengan cara memukul-mukulkan alat tenun.

Keahlian menenun masyarakat Lombok ini telah diwariskan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Hukumnya wajib, bagi generasi penerus untuk melanjutkan keahlian menenun ini. Bagi suku Sasak misalnya, anak perempuan diwajibkan mahir membuat kain tenun. Bahkan mereka menerima pengajaran menenun sejak anak-anak.

Uniknya lagi, dalam aturan adat setempat, keahlian menenun menjadi salah satu syarat layak menikah bagi perempuan. Jika belum berhasil membuat setidaknya 3 buah kain tenun, maka perempuan suku Sasak dianggap belum mampu berumah tangga.

Meski kini aturan adat tersebut sudah tidak terlalu mengikat, namun masyarakat Lombok masih terbiasa belajar menenun. Pasalnya, menenun tak sekadar melestarikan budaya saja, tapi juga punya manfaat jauh lebih luas.

Bergeser dari ranah spiritual, kain tenun kini menjadi salah satu produk ekonomi kreatif yang banyak diburu wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Dengan kata lain, kain tenun kini tak hanya memenuhi sisi spiritual saja, melainkan kebutuhan ekonomi masyarakat setempat.

Ciri Khas Kain Tenun Lombok

Kain tenun Lombok terbagi menjadi dua jenis, yakni tenun songket dan tenun ikat. Kain tenun songket memiliki ciri khas penuh warna yang terbuat dari benang katun warna-warni, benang perak, atau emas. Sebaliknya, kain tenun ikat punya bahan sekaligus bentuk yang lebih sederhana dan fungsional.

Kesederhanaan ini disesuaikan dengan kegunaan kain tenun untuk kebutuhan sehari-hari suku Sasak. Dalam kehidupan sehari-hari, kain tenun ikat memiliki beberapa fungsi, seperti bedong bayi, selimut, penutup jenazah, dan juga perlengkapan ibadah.

Inspirasi ragam motif kain tenun Lombok sebagian besar dipengaruhi oleh kepercayaan yang dianut masyarakat suku Sasak. Sebelum masuknya Islam, motif kain tenun Lombok didominasi bentuk makhluk hidup, seperti ragam hias manusia, fauna, dan flora. Motif ini lahir sebagai pengaruh kepercayaan animisme, dinamisme, dan ajaran Hindu.

Setelah masuknya ajaran Islam, motif kain tenun Lombok lebih menghindari bentuk makhluk hidup. Ragam hiasnya didominasi motif tumbuhan, seperti sulur, pohon hayati, dan bunga bersusun delapan. Contoh bentuk bentuk akulturasi dari budaya Islam dengan kebudayaan setempat adalah munculnya bentuk bunga lotus dalam motif subhanale.

Meski zaman telah maju, namun pengrajin tenun di Lombok masih mempertahankan kekhasannya dalam menenun. Hal paling unik dari pembuatan kain tenun ikat khas Lombok adalah proses pembuatan motifnya dengan cara diikat.

Penenun akan mengikat bagian benang, kemudian dicelupkan ke dalam pewarna. Bagian yang diikat tidak akan terkena warna saat dicelupkan. Teknik ini akan dilakukan berulang kali, hingga menciptakan motif serta warna yang harmonis di kedua sisi kain.

Hingga kini para pengrajin kain tenun Lombok masih mempertahankan peralatan dan bahan yang tradisional dan alami. Maka tidak aneh rasanya jika menyebut bahwa dengan membeli kain tenun khas Lombok turut serta menjaga kelestarian lingkungan.

Hal yang tak kalah menarik dari motif kain tenun khas Lombok, kini coraknya telah menghiasi salah satu tikungan di Pertamina Mandalika International Street Circuit. Tepatnya di area

run-off tikungan ke-15 dan 16. Motif ini berwarna merah, dengan corak motif berwarna putih. Secara tidak langsung hal ini turut mengenalkan budaya Lombok pada dunia melalui ajang sport tourism yang akan digelar di sirkuit tersebut.(kemenparekraf)

Tinggalkan Balasan