Mau Tetap Semangat Sepanjang Hari, Begini Trik Mengawali Aktivitas

Mau Tetap Semangat Sepanjang Hari, Begini Trik Mengawali Aktivitas

SISWA-siswi baru SMA 2 Pangkalpinang disarankan untuk mulai menjalani aktivitas sehari-hari dengan melakukan salat Subuh. Pasalnya hidup menjadi lebih semangat jika dimulai dari waktu Subuh.

Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd Kepala DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan, mulailah menjalani aktivitas dari Subuh. Bagi siswa-siswi beragama Islam, bisa terlebih dahulu menjalani salat Subuh.

“Ada baiknya, sebelum salat Subuh terlebih dahulu menjalani salat sunnat rawatib dua rakaat,” kata Asyraf saat menyampaikan materi pada Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMAN 2 Pangkalpinang, Selasa (15/7/2025).

SMAN 2 Pangkalpinang mempunyai musala. Asyraf menyarankan musala itu bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan salat Duha dan salat wajib. Hal ini untuk meningkatkan semangat ketika menjalani proses belajar di sekolah.

Untuk dapat memenuhi hak-hak anak, menurut Asyraf, sekolah ramah anak bisa menjadi salah satu solusinya. Saat ini SMAN 2 Pangkalpinang sudah merupakan sekolah ramah anak.

“Alhamdulilah, sekarang kalian bisa bersekolah di sekolah ramah anak. Ke depan bisa dibuat imbauan-imbauan yang menunjukan bahwa sekolah ini ramah anak,” kata Asyraf.

Lebih jauh Asyraf mencontohkan imbauan itu seperti mengingatkan agar tidak melakukan tindakan perundungan. Seharusnya sekolah ini sudah bisa menjamin terpenuhinya hak-hak anak. Sekolah harus aman, bersih, rapi dan indah sehingga memberikan kenyamanan.

“Baik guru maupun siswa tidak boleh melakukan tindakan perundungan, maupun yang mengarah ketindakan itu. Siswa-siswi ini harus terpenuhi haknya, karena kalian merupakan calon pemimpin masa depan,” tegas Asyraf.

Anak-anak mempunyai hak partisipasi. Asyraf menjelaskan, agar bisa berpartisipasi aktif bisa mengikuti kegiatan dalam Forum Anak. Sebab pengurus Forum Anak seringkali dilibatkan dalam kegiatan pemerintah.

“Sekolah ini sudah ramah anak, Kota Pangkalpinang sudah menyandang kota layak anak. Provinsi juga sudah menjadi provinsi layak anak. Hak-hak anak harusnya bisa terpenuhi,” ungkap Asyraf.

Saat sesi diskusi, Ciko peserta MPLS mempertanyakan mengenai penyebab pernikahan usia anak. Menjelaskan hal ini, menurut Asyraf, salah satu penyebabnya dikarenakan persoalan ekonomi. Hal ini berdampak kurang baik pasangan pernikahan usai anak.

“Selain itu, penyebabnya yakni dikarenakan pengaruh arus informasi melalui media sosial. Namun faktor pendidikan sangat mempengaruhi dalam hal ini,” kata Asyraf.(hzr)

Tinggalkan Balasan