DP3ACSKB Babel Fokus Turunkan Angka Perkawinan Anak

Pangkalpinang – Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd Kepala DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan angka perkawinan anak masih tinggi. Bangka Belitung menempati posisi pertama dalam jumlah kasus perkawinan anak. Ini hendaknya menjadi perhatian.

“Perkawinan usia anak sangat tinggi. Berdasarkan data BPS, menunjukkan perkawinan usia anak di Bangka Belitung tertinggi se-Indonesia. Ini harus menjadi perhatian kita semua,” tegasnya saat Rapat Koordinasi Provinsi Layak Anak se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di Fox Harris Hotel, Rabu (27/10/2021).

Salah satu upaya untuk menekan angka perkawinan anak, menurut Asyraf, dengan mewujudkan provinsi layak anak. Untuk itu perlu meningkatkan sinergisitas antara semua pihak dengan menyamakan frekuensi sebagai upaya melindungi dan memenuhi hak anak.

“Tingkat pendidikan anak menjadi salah satu cara untuk menekan angka perkawinan anak. Semakin tinggi pendidikan anak di suatu daerah, angka perkawinan anak rendah. Tentunya sekolah juga harus layak anak,” jelas Asyraf saat menyampaikan materi.

Sementara Sri Martani Wahyu Widayati, SE, MM Analis Kebijakan Ahli Madya KemenPPPA menjelaskan mengenai upaya percepatan menuju kabupaten/kota layak anak. Tak kalah penting untuk mengimplementasikan sekolah layak anak, sehingga tidak terjadi tindakan bullying di sekolah.

Jika masih ada kasus bullying, menurut Sri Martani, maka sekolah itu belum mengimplementasikan hak-hak anak. Sebab selain di keluarga, pengasuhan juga dilakukan di sekolah dan ruang publik. Artinya pengasuhan anak juga dilakukan oleh guru di sekolah.

“Sekolah harus bisa melihat potensi anak. Contohnya, anak bukan berarti bodoh jika tidak bisa melakukan sesuatu hal. Sebab harus mengetahui terlebih dahulu potensi diri pada anak tersebut,” jelasnya.

Lia peserta kegiatan menyarankan agar pendidikan di sekolah harus mengindari terjadinya bullying terhadap anak. Sehingga tidak terjadi kekerasan fisik maupun psikis. Menanggapi pernyataan ini, Asyraf Kepala DP3ACSKB mangatakan, paradigma pendidikan sekarang ini sudah tidak seperti dulu.

“Sekarang tidak lagi mendidik dengan tindak kekerasan. Terkadang memang masih terjadi masalah itu, namun secara perlahan ini diperbaiki,” jelasnya.(DP3ACSKB/Babel)

Tinggalkan Balasan