MASYARAKAT Bangka Belitung yang heterogen menciptakan banyak budaya, adat dan tradisi. Salah satunya yakni ritual Ceng Beng atau sembahyang kubur. Ritual yang dilakukan masyarakat Tionghoa ini merupakan perwujudan sikap mencintai dan menghormati leluhur.
Seluruh keluarga di Bangka Belitung maupun dari luar Bangka Belitung biasanya berdatangan ke makam keluarganya untuk melakukan ritual tersebut. Suasana di sejumlah komplek perkuburan warga Tionghoa ramai. Ritual ini dimulai dari membersihkan kubur sepuluh hari sebelum puncak ritual tanggal 5 April.
Puncak ritual dilaksanakan dini hari hingga terbit fajar. Keluarga dan kerabat pemilik makam meletakan sesajian berupa aneka buah, ayam dan babi, arak, aneka kue juga makanan vegetarian. Selain itu membakar uang kertas (kim cin) dan membakar hari (hio).
Acara Ceng Beng juga selalu semarak dengan berbagai festival. Salah satu festival tersebut yakni, festival 1000 lampion, karnaval lampion, bazar serta diramaikan juga dengan pertunjukan barongsai.
Namun nampaknya tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab dengan terjadi pandemi covid-19, membuat masyarakat harus saling menjaga jarak fisik dan menghindari keramaian untuk mengurangi dampak penularan virus tersebut.