NEGARA yang kaya akan nilai budaya, tak mengherankan jika setiap daerah di Indonesia selalu memiliki tradisi yang berbalut indah dalam seni pertunjukan memukau. Sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif di Indonesia, eksistensi seni pertunjukan juga tidak bisa dilepaskan dari kehadiran gedung-gedung seni pertunjukan yang menjadi wadah bagi para insan kreatif.
Gedung-gedung ini dibangun sebagai salah satu pusat pengembangan dan penyebaran budaya melalui seni pertunjukan yang kaya akan pesan moral. Walau terus digempur dengan berbagai pertunjukan di era modern, namun gedung-gedung pertunjukan legendaris ini masih terus eksis menggelar berbagai seni pertunjukan. Berikut adalah beberapa gedung seni pertunjukan legendaris di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini:
Gedung Wayang Orang Bharata
Salah satu gedung seni pertunjukan legendaris ini sudah ada sejak 1961. Gedung Wayang Orang Bharata yang terletak di Senen, Jakarta Pusat ini dahulu merupakan sebuah gedung bioskop, yang kemudian digunakan sebagai gedung seni pertunjukan wayang orang pada 1972. Nama Bharata diberikan oleh seorang seniman senior bernama Jadup Jaya Kusuma, yang merupakan akronim dari Bhawa Rasa Tala, yakni gerak yang muncul dari dalam lubuk hati dan disertai dengan nada.
Gedung ini dibangun dengan tujuan untuk mengedukasi dan melibatkan masyarakat dalam bidang seni pertunjukan, yang meliputi pelatihan seni, lokakarya, latihan tari dan teater, hingga diskusi budaya. Beberapa tajuk yang telah dipentaskan di gedung seni pertunjukan ini antara lain: Gatutkoco Lahir, Durno Gugur, Punokawan Murca, Karno Tanding, hingga Taliroso Rosotali.
Gedung Kesenian Miss Tjitjih
Satu lagi gedung seni pertunjukan legendaris di Jakarta, tepatnya di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat. Gedung Kesenian Miss Tjitjih dibangun pada 1986, sebagai salah satu bentuk apresiasi kepada kelompok sandiwara Sunda asal Sumedang, Miss Tjitjih.
Gedung Kesenian Miss Tjitjih ini mampu menampung penonton hingga 250 orang, dengan bangku penonton yang terdiri dari dua lantai. Selain itu, gedung seni pertunjukan ini dilengkapi fasilitas yang sangat lengkap, seperti audio dan tata pencahayaan standar seni pertunjukan. Gedung Kesenian Miss Tjitjih diprioritaskan untuk pelestarian dan pengembangan seni pertunjukan Sunda. Namun, Sobat Parekraf juga bisa menyewanya untuk gelaran seni pertunjukan lainnya.
Rumentang Siang
Melipir ke Kota Kembang yang juga menyimpan banyak nilai sejarah di subsektor seni pertunjukan. Salah satu bukti sejarahnya ada pada Gedung Rumentang Siang, yang berlokasi di Jalan Baranang Siang No. 1, Sumur, Kota Bandung. Gedung seni pertunjukan ini dibangun pada 1935, awalnya difungsikan sebagai bioskop, namun pada 1975 diubah menjadi gedung seni pertunjukan Rumentang Siang.
Hingga saat ini Rumentang Siang menjadi pusat seni dan budaya yang berperan penting dalam menggali, mengembangkan, dan memperkenalkan seni lokal. Bahkan, Rumentang Siang memiliki program rutin yang sudah ada sejak 1990: Festival Drama Basa Sunda. Selain itu, berbagai acara seni, pameran, hingga pertunjukan teater juga rutin digelar di Rumentang Siang.
Purawisata
Di Yogyakarta juga terdapat salah satu gedung seni pertunjukan legendaris yang masih tetap eksis hingga saat ini, yakni Purawisata. Gedung Purawisata sudah ada sejak 1975 ini berlokasi di Jl. Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta.
Fakta menarik, tempat ini berhasil mendapatkan rekor MURI karena mementaskan Sendratari Ramayana selama 43 tahun nonstop setiap malam. Kini Purawisata Yogyakarta tak hanya mementaskan Sendratari Ramayana, ada banyak seni pertunjukan yang bisa disaksikan di gedung ini ketoprak humor, komedi tunggal, hingga musik dangdut.
Taman Budaya Yogyakarta
Masih di Kota Yogyakarta, satu lagi gedung seni pertunjukan legendaris yang sudah ada sejak 1977, yakni Taman Budaya Yogyakarta. Tempat ini diperuntukan sebagai salah satu laboratorium seni di Indonesia. Taman Budaya Yogyakarta memiliki dua bangunan utama, Concert Hall dan Societet Militair.
Concert Hall memiliki arsitektur Belanda yang difungsikan sebagai tempat diskusi sastra, pameran, dan pelatihan. Sedangkan Societet Militair digunakan untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan seni pertunjukan lainnya. Lokasinya berada di Jl. Sriwedani No.1, Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Taman Sriwedari
Kota Solo juga memiliki gedung seni pertunjukan legendaris, lokasinya berada di dalam Kompleks Taman Sriwedari, Jalan Slamet Riyadi, Laweyan, Solo. Di dalam Taman Sriwedari terdapat gedung pertunjukan wayang orang yang sudah ada sejak 1910, dan tercatat sebagai salah satu gedung seni pertunjukan tertua di Indonesia. Gedung ini bisa menampung hingga 1.000 penonton, dan sampai saat ini pertunjukan Wayang Orang Sriwedari masih rutin dipentaskan setiap hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Gedung Kesenian Gajayana
Gedung seni pertunjukan yang berdiri sejak 1934 ini berlokasi di Jalan Nusakambangan No. 19, Klojen, Kota Malang. Dahulunya gedung ini bernama Gedung Tjendrawasih, dan berganti nama menjadi Gedung Kesenian Gajayana pada 1989. Gedung ini kerap menggelar pertunjukan kethoprak siswobudoyo, komedi lokaria, wayang orang pancabudi, dan Kwartet S. Tak hanya itu, gedung ini pernah menjadi tempat konser musisi legendaris Indonesia, seperti Aneka Nada, Dara Puspita, Titik Puspa, Koes Bersaudara, hingga The Rollies.
Gedung Kesenian Cak Durasim
Berada di satu kompleks dengan Taman Budaya Jawa Timur, gedung seni pertunjukan Cak Durasim mampu menampung hingga 600 penonton. Nama gedung ini diambil dari nama seniman ludruk kesohor, Cak Gondo Durasim, yang selalu menyelipkan kritik-kritik untuk pemerintahan kolonial Belanda pada masa penjajahan dahulu. Hingga saat ini Gedung Kesenian Cak Durasim masih rutin menggelar seni pertunjukan, mulai dari tari, gending tradisi, ludruk, hingga kethoprak.(kemenparekraf)