Dampak Digitalisasi Terhadap Interaksi Sosial

Oleh: Huzari

Anggota Iprahumas Indonesia

KEBERADAAN media sosial belakangan ini sangat memberi pengaruh terhadap interaksi sosial. Banyak kasus yang terungkap di media sosial dan mendapatkan perhatian masyarakat, sehingga lebih mempercepat proses pengambilan kebijakan.

Jika terkait dengan persoalan hukum, maka penegak hukumpunpun langsung mengambil tindakan. Namun yang menjadi pertanyaan dari sejumlah persoalan itu, apakah suatu kasus atau peristiwa harus viral terlebih dahulu untuk mengambil tindakan?

Tahun ini, banyak kasus muncul karena kekuatan media sosial dalam memengaruhi opini publik dan membawa masalah sosial ke perhatian global. Seperti kasus perundungan yang dilakukan seorang pengusaha terhadap anak. Setelah kasus ini viral, akhirnya pengusaha itu harus berurusan dengan penegak hukum.

Begitu juga dengan kasus penganiayaan dokter koas dan pelayan di salah satu perusahaan supermarket. Semua kasus ini secara cepat mendapatkan penanganan hukum setelah viral di media sosial, apa ini hanya dikarenakan mendapatkan sorotan dari masyarakat?

Banyak lagi kasus-kasus sebelumnya. Semua itu menjadi salah satu bukti dampak digitalisasi memberikan pengaruh besar terhadap interaksi sosial, dan juga mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan bagi pemangku jabatan.

Peristiwa kecelakaan atau tindak kejahatan sekarang ini bisa disebarluaskan kepada masyarakat secara langsung (live). Fitur live streaming di media sosial memungkinkan beberapa kasus kriminal yang terjadi di dunia nyata untuk ditayangkan secara langsung.

Semua orang dapat menyaksikan kejadian saat itu juga. Dampak baiknya, masyarakat dapat mengetahui secara cepat kondisi dari sebuah kejadian, sehingga reaksinya juga bisa dilakukan di waktu yang sama. Sekarang ini, semuanya bisa didapatkan dan diserap secara cepat oleh masyarakat.

Tahun 2024, beberapa kejahatan disiarkan langsung di platform seperti Instagram atau TikTok. Ini memicu reaksi masyarakat yang signifikan, terutama ketika polisi atau pemerintah tidak merespons kejadian tersebut dengan segera.

Media sosial terus menjadi alat yang kuat untuk mengungkapkan masalah sosial yang signifikan, seperti skandal, kekerasan, ketidakadilan, atau kebohongan publik.

Ini menunjukkan betapa pentingnya platform digital dalam membentuk opini publik, memobilisasi perubahan sosial, dan memaksa orang untuk bertanggung jawab. Namun, efeknya juga dapat merugikan, terutama ketika informasi tersebar tidak akurat atau berlebihan.

Media sosial dapat memberikan hukuman sosial. Hukuman sosial ini biasanya muncul ketika individu atau kelompok menghadapi kecaman publik karena tindakan, komentar, atau perilaku yang dianggap tidak etis, kontroversial, atau melanggar norma sosial.

Ada beberapa cara media sosial memberikan hukuman sosial seperti, melakukan penyebaran informasi secara cepat. Cara ini bisa membuat individu menghadapi kecaman dari jutaan orang.

Selanjutnya, pencabutan dukungan atau sponsor. Pengikut di media sosial dapat dengan cepat menarik dukungan mereka terhadap orang atau organisasi yang terlibat dalam kontroversi. Contohnya, jika orang-orang terkenal atau bisnis yang diduga melakukan kesalahan dapat kehilangan banyak pengikut atau pelanggan.

Sponsor atau mitra bisnis juga dapat memutuskan hubungan kerja sama yang dapat mengakibatkan kehilangan uang atau reputasi.

Efek psikologis dari hukuman sosial yang diterima di media sosial dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental seseorang. Pelecehan, kritik, atau hujatan yang diterima dapat menyebabkan stres, kecemasan, atau bahkan depresi.

Banyak orang mengalami perasaan terisolasi atau tertekan karena serangan online yang datang dari berbagai pihak. Fenomena ini sering disebut sebagai “bullying digital”. Penyebaran stigma di media sosial dapat memengaruhi pandangan masyarakat yang kuat, baik yang positif maupun negatif.

Tak hanya itu, media sosial juga memiliki kemampuan memobilisasi gerakan sosial dan solidaritas. Beberapa situasi tertentu, masyarakat dapat menggunakan media sosial untuk mendukung korban atau menuntut perubahan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.

Hukuman sosial terkadang dilakukan tanpa memberi orang yang dihukum kesempatan untuk membela diri atau belajar dari kesalahan mereka. Beberapa situasi, bahkan dapat menciptakan suasana yang berbahaya di mana kesalahan kecil atau pendapat kontroversial menyebabkan pemecatan atau kehancuran karier.

Beginilah uniknya. Hukuman sosial yang dilakukan di media sosial dapat masuk ke dunia nyata. Misalnya, seseorang yang diboikot di internet mungkin juga diboikot secara langsung di dunia nyata, seperti kehilangan pekerjaan, dikeluarkan dari komunitas atau dikucilkan dari teman-temanya.

Semua itu menunjukkan media sosial memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada hanya memposting hujatan online. Media sosial memiliki kekuatan yang signifikan untuk memberikan hukuman sosial, karena mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan dampak domino yang dapat memengaruhi kehidupan pribadi, profesional, dan reputasi seseorang.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan dampak kecaman sosial di media sosial dan terus berusaha menciptakan dunia online yang lebih berkeadilan dan bisa menumbuhkan rasa empati. Lebih bijaklah dalam menggunakan media sosial, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak merugikan orang lain.

Keberadaan media sosial kini dapat mengimbangi keberadaan media mainstream, bahkan lebih. Sebab tak jarang kasus yang diangkat media mainstream berawal dari peristiwa viral di media sosial.

Untuk itu, sangat perlu masyarakat menjadi lebih dewasa dalam menggunakan dan berselancar di media sosial. Sebab keberadaan masyarakat melalui media sosial bisa mengawal demokrasi dan jalannya pemerintahan yang baik.(*)

Tinggalkan Balasan