Pangkalpinang – Pola asuh menjadi hal penting untuk diperhatikan dalam penurunan kasus stunting. Pasalnya masih banyak ibu-ibu rumah tangga hanya memikirkan perut anaknya kenyang. Sementara mengenai asupan gizi belum menjadi prioritas.
Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd Kepala DP3ACSKB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan, penanganan kasus stunting mestinya menjadi perhatian semua lini, termasuk dunia usaha hingga pihak media massa.
“Masyarakat membutuhkan pembinaan dalam hal pemberian makanan bergizi bagi anak,” kata Asyraf saat kegiatan Penguatan Peran serta Mitra dan Stakeholder dalam Pencepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting, Hotel Aston, Selasa (24/6/2025).
Penanganan kasus stunting juga bisa melibatkan organisasi masyarakat. Asyraf menjelaskan, ada kerja sama dalam melakukan advokasi, pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Ini juga berguna untuk penguatan program ketahanan pangan berbasis masyarakat.
Lebih jauh Asyraf mengatakan, rancangan intervensi prioritas salah satunya untuk ibu hamil dan ibu nifas dengan memberikan tablet tambah darah. Selain itu melakukan pemeriksaan kehamilan, pemberian makanan tambahan serta keluarga berencana untuk memberi jarak kelahiran.
Sedangkan untuk rancangan intervensi prioritas bagi anak usia 0-23 bulan, kata Asyraf, praktik inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan dilanjutkan sampai usia dua tahun. Juga ada makanan pendamping ASI beragam serta upaya lainnya.
“Ada juga intervensi anak usia 24-59 bulan dan remaja putri dan calon pengantin,” kata Asyraf.
Mengenai intervensi untuk semua kelompok sasaran, Asyraf menjelaskan, di antaranya memberikan akses terhadap air minum aman, akses terhadap sanitasi aman, fortifikasi makanan, bantuan tunai bersyarat untuk keluarga miskin dan ketahanan makanan berbasis masyarakat.
“Adapun empat intervensi lainnya, bantuan pangan untuk keluarga miskin, kepemilikan JKN, pendampingan keluarga 1000 HPK dan terakhir yakni pembaruan data kependudukan,” jelasnya.(hzr)