DENPASAR – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan potensi wisata wellness atau wisata minat khusus yang bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru pascapandemi COVID-19.
Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf/Baparekraf, K. Candra Negara, dalam acara Diskusi Kelompok Terumpun dengan tema “Sinergi dan Kolaborasi untuk Meningkatkan Penetrasi Produk Wellness di Pasar Era New Normal”, Selasa (29/9/2020), mengungkapkan wisata wellness sebenarnya telah mulai dikembangkan oleh pelaku wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sejak 2012.
Candra menilai masa adaptasi kebiasaan baru menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi wisata wellness mengingat terjadi pergeseran tren wisata dari wisata dalam jumlah besar ke tren wisata berkualitas.
“Wisata wellness ini menjadi salah satu sektor pariwisata yang bisa berkembang dengan pesat di masa adaptasi kebiasaan baru. Wisata wellness yang ini punya kaitan yang sangat erat dengan pergeseran tren wisata di Tanah air dari mass tourism ke quality tourism jadi kita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini dan menciptakan peluang-peluang baru,” kata Candra.
Candra mengatakan pihaknya saat ini juga tengah berusaha membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di masa adaptasi kebiasaan baru melalui penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability). Penerapan ini, lanjut Candra, juga harus diterapkan di sektor wisata wellness.
“Selama masa pandemi, fokus utama bagi pemulihan sektor wellness adalah menerapkan standar prosedur untuk mendukung protokol normal baru, menyiapkan sarana dan prasarana dengan menerapkan protokol CHSE, strategi pemasaran produk dan manajemennya serta meningkatkan kualitas SDM dalam aktivitasnya,” katanya.
Diskusi ini dihadiri oleh Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kemenparekraf/Baparekraf, Alexander Reyaan; dan Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Yuana Rochma Astuti. Alexander Reyaan menuturkan Indonesia memiliki potensi wisata wellness yang sangat besar.
Hal ini dikarenakan banyak bahan baku yang diperlukan bagi produk wisata wellness seperti rempah-rempah dan tanaman obat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga kaya akan keanekaragaman obat-obatan tradisional yang berperan besar dalam kelangsungan wisata wellness.
Alexander Reyaan juga menuturkan perlu ada sinergi yang kuat antara berbagai kementerian dan lembaga dengan pelaku wisata wellness agar kegiatan wisata ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
“Hubungan antarkelembagaan yang baik antara pelaku UMKM, dalam hal ini wisata wellness dengan kementerian dan lembaga terkait dapat mempermudah perizinan dan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti izin BPOM, sertifikat halal, dan lain sebagainya dapat tersedia. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk menjajal wisata wellness tersebut,” ujar Alexander.